Keliatannya kasus yang dilematis... kalu dirunut...
Mula - mula pengguna OtomaX berkeluh kesah ke pihak developer bahwa dealer kurang memberikan support kepada pengguna, dan seolah berkembang image bahwa otomax adalah software yang tak bersupport. Dugaan kami, developer hendak menekan dealer untuk memberikan support prima tidak enak hati karena dealer hanya sebatas mitra bisnis bukan karyawannya.
Selanjutnya, pihak developer merespon keluh kesah pengguna dengan memunculkan ide OtomaX Center yang dihandle oleh pegawai sehingga beliau dapat menekannya (jika diperlukan) untuk memberikan pelayanan prima, dengan harapan pengguna mendapatkan support prima. Namun kenyataan pahit dihadapkan kepada beliau, bahwa mempekerjakan orang itu tidak gratis, harus ada gaji yang harus dibayarkan.
Kemudian, dugaan kami pihak developer mencoba memaksimalkan pos pos dimana pendapatan beliau dapat dioptimalkan sehingga dapat digunakan untuk membiayai operational otomax center, terjadilah revisi lisensi. Diantaranya diambil tindakan tegas bagi pengguna yang belum membayar iuran.
Karena dirasa iuran tahunan tidak akan cukup untuk menggaji pegawai otomax center, selain otomax center memberikan support gratis bersifat umum, dibuatlah juga support premium Rp60.000/bulan dengan minim langganan 3 bulan.
Disebabkan pengguna yang belum membayar iuran terkena tindakan tegas, terjadilah tragedi pengguna berkeluh kesah kepada pihak developer, karena OtomaX nya tidak dapat berjalan sebagaimana mestinya. Rasa ketidak setujuan meluap bak lahar gunung merapi.
Berawal dari keluh kesah, berakhir dengan keluh kesah, pengguna resah, developer juga susah, dealerpun ikut berkisah, apasih yang menjadi masalah?, rupiah?...
Semoga menjadi catatan sejarah