Author Topic: menyambut puasa di bulan ramadhan  (Read 5737 times)

radit1

  • User OtomaX --
  • Full Member
  • ***
  • Posts: 669
menyambut puasa di bulan ramadhan
« on: July 08, 2013, 06:05:28 PM »
Undangan buat kyai-kyai,ulama dan ustad-ustad sesama user buat memberikan wejangan di room ini tentang ramadhan.
apa itu puasa?
puasa yang benar bagaimana?
monggo waktu dan tempat saya persilahkan:




maaf sudah lancang mengundang tanpa memberikan jamuan dan lain-lain. :) :)
RADITYA RELOAD
JL.GORA II Ds.LINGSAR Kec.LINGSAR kab.LOMBOK BARAT NTB

radit1

  • User OtomaX --
  • Full Member
  • ***
  • Posts: 669
Re: menyambut puasa di bulan ramadhan
« Reply #1 on: July 08, 2013, 07:45:31 PM »
Tamu belum ada yang datang rupanya? ;D ;D

RADITYA RELOAD
JL.GORA II Ds.LINGSAR Kec.LINGSAR kab.LOMBOK BARAT NTB

sunaryo

  • User OtomaX
  • Sr. Member
  • ****
  • Posts: 1,160
  • Ingin Berguna dan Bermanfaat bagi Banyak Orang
    • Beda dari yang lain
Re: menyambut puasa di bulan ramadhan
« Reply #2 on: July 09, 2013, 08:09:55 AM »
Ikutan nungguin bagi2x "ilmu"nya... ;)
OID : CihRykQBFg_uPepj7$$3C9Fv$I1fHsZzkJr9Sw
HP : 08122694754 WA : 08122694754 Telegram (@csAlFurqonTronik)
Pengen Belajar Digital Marketing Gratis? Yuks simak disini http://bit.ly/AKAdemiBisnisDigitaL
Barangsiapa ridho dengan rezeki yang sedikit dari Allah maka Allah akan ridho dengan amal yang sedikit dari dia, dan menanti-nanti (mengharap-harap) kelapangan adalah suatu ibadah. (HR. Bukhari)

aviva arifin

  • Full Member
  • ***
  • Posts: 995
Re: menyambut puasa di bulan ramadhan
« Reply #3 on: July 09, 2013, 10:52:10 AM »
Tamu belum ada yang datang rupanya? ;D ;D

Lagi rukyatul hilal atau meng-hisab kali ya... ;D

Seperti biasa tiap tahun ada perbedaan penentuan tanggal 1 Ramadan, yang dikarenakan sebab yang biasa pula, yakni perbedaan metode penentuan tanggal. Secara garis besar metode yang biasa terexpos media ada 3:
  • Pasang Surut air laut
    Ini merupakan metode yang biasa dianut Pengikut Tarekat Naqsabandiyah di Sumatra Barat. Metode ini mengikuti pasang surut air laut sebagai pedoman. Dengan metode ini tanggal 1 Ramadan pada tahun ini jatuh pada tanggal 8 Juli 2013
  • Imkanur Rukyah
    Ini merupakan metode yang biasa dianut oleh MUI (Majlis Ulama Indonesia). Metode ini berpedoman pada ketinggian bulan di atas cakrawala harus berada minimum 2 derajat saat mata hari terbenam, sehingga dimungkinkan hilal (bulan baru) dapat dilihat dengan mata. Dengan metode ini tanggal 1 Ramadan pada tahun ini jatuh pada tanggal 10 Juli 2013.
  • Wujudul Hilal
    Ini merupakan metode yang biasa digunakan oleh Warga Muhammadiyah. Metode ini berpedoman pada perwujudan hilal (bulan baru), kapan hilal terwujud maka itulah tanggal 1 Ramadan, meskipun ketinggian hilal di atas cakrawala belum mencapai 2 derajat (belum dimungkinkan dilihat dengan mata). Dengan metode ini tanggal 1 Ramadan pada tahun ini jatuh pada tanggal 9 Juli 2013.
Hadist yang menjadi pedoman penentuan tanggal 1 Ramadan adalah:

صُوْمُوْا لِرُؤْيَتِهِ وَأَفْطِرُوْا لِرُؤْيَتِهِ، فَإِنْ أُغْمِيَ عَلَيْكُمْ فَأَكْمِلُوْا عِدَّةَ شَعْبَانَ

Artinya: "Berpuasalah kalian karena melihat bulan, dan berbukalah (berhari rayalah) kalian karena melihatnya. Jika mendung telah menghalangi (pandangan) kalian (dari melihat bulan), maka sempurnakanlah (genapkanlah) hitungan Sya’ban (menjadi 30 hari).” (HR. Muslim)

radit1

  • User OtomaX --
  • Full Member
  • ***
  • Posts: 669
Re: menyambut puasa di bulan ramadhan
« Reply #4 on: July 09, 2013, 12:08:23 PM »
Biarlah orang orang yang tahu berdosa karena tidak mau/sempat mengajarkan / memberikan ilmunya buat sesama. ;)
RADITYA RELOAD
JL.GORA II Ds.LINGSAR Kec.LINGSAR kab.LOMBOK BARAT NTB

sunaryo

  • User OtomaX
  • Sr. Member
  • ****
  • Posts: 1,160
  • Ingin Berguna dan Bermanfaat bagi Banyak Orang
    • Beda dari yang lain
Re: Doa Berbuka Puasa yang Shahih
« Reply #5 on: July 10, 2013, 07:24:38 PM »
Masyhur, tak selamanya jadi jaminan. Begitulah yang terjadi pada “doa berbuka puasa”. Doa yang selama ini terkenal di masyarakat, belum tentu shahih derajatnya.

Terkabulnya doa dan ditetapkannya pahala di sisi Allah ‘Azza wa Jalla dari setiap doa yang kita panjatkan tentunya adalah harapan kita semua. Kali ini, mari kita mengkaji secara ringkas, doa berbuka puasa yang terkenal di tengah masyarakat, kemudian membandingkannya dengan yang shahih. Setelah mengetahui ilmunya nanti, mudah-mudahan kita akan mengamalkannya. Amin.

Doa Berbuka Puasa yang Terkenal di Tengah Masyarakat

Lafazh pertama:

اَللَّهُمَّ لَكَ صُمْتُ وَعَلَى رِزْقِكَ أَفْطَرْت

”Ya Allah, untuk-Mu aku berpuasa dan dengan rezeki-Mu aku berbuka.”

Doa ini merupakan bagian dari hadits dengan redaksi lengkap sebagai berikut:


عَنْ مُعَاذِ بْنِ زُهْرَةَ، أَنَّهُ بَلَغَهُ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ كَانَ إِذَا أَفْطَرَ قَالَ: اَللَّهُمَّ لَكَ صُمْتُ، وَ عَلَى رِزْقِكَ أَفْطَرْتُ

“Dari Mu’adz bin Zuhrah, sesungguhnya telah sampai riwayat kepadanya bahwa sesungguhnya jika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berbuka puasa, beliau membaca (doa), ‘Allahumma laka shumtu wa ‘ala rizqika afthortu-ed’ (ya Allah, untuk-Mu aku berpuasa dan dengan rezeki-Mu aku berbuka).”[1]

Hadits tersebut diriwayatkan oleh Abu Daud, dan dinilai dhaif oleh Syekh al-Albani dalam Shahih wa Dhaif Sunan Abi Daud.

Penulis kitab Tahdzirul Khalan min Riwayatil Hadits hawla Ramadhan menuturkan, “(Hadits ini) diriwayatkan oleh Abu Daud dalam Sunannya (2/316, no. 358). Abu Daud berkata, ‘Musaddad telah menyebutkan kepada kami, Hasyim telah menyebutkan kepada kami dari Hushain, dari Mu’adz bin Zuhrah, bahwasanya dia menyampaikan, ‘Sesungguhnya jika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berbuka puasa, beliau mengucapkan, ‘Allahumma laka shumtu wa ‘ala rizqika afthartu.’”[2]

Mua’dz ini tidaklah dianggap sebagai perawi yang tsiqah, kecuali oleh Ibnu Hibban yang telah menyebutkan tentangnya di dalam Ats-Tsiqat dan dalam At-Tabi’in min Ar-Rawah, sebagaimana al-Hafizh Ibnu Hajar berkata dalam Tahdzib at-Tahdzib (8/224).[2]
Dan seperti kita tahu bersama bahwa Ibnu Hibban dikenal oleh para ulama sebagai orang yang mutasahil, yaitu bermudah-mudahan dalam menshohihkan hadits-ed.

Keterangan lainnya menyebutkan bahwa Mu’adz adalah seorang tabi’in. Sehingga hadits ini mursal (di atas tabi’in terputus). Hadits mursal merupakan hadits dho’if karena sebab sanad yang terputus. Syaikh Al Albani pun berpendapat bahwasanya hadits ini dho’if.[3]

Hadits semacam ini juga dikeluarkan oleh Ath Thobroni dari Anas bin Malik. Namun sanadnya terdapat perowi dho’if yaitu Daud bin Az Zibriqon, di adalah seorang perowi matruk (yang dituduh berdusta). Berarti dari riwayat ini juga dho’if. Syaikh Al Albani pun mengatakan riwayat ini dho’if.[4]
Di antara ulama yang mendho’ifkan hadits semacam ini adalah Ibnu Qoyyim Al Jauziyah.[5]

Lafazh kedua:


اللّهُمَّ لَكَ صُمْتُ وَبِكَ آمَنْتُ وَعَلَى رِزْقِكَ أَفْطَرْت

“Allahumma laka shumtu wa bika aamantu wa ‘ala rizqika afthortu” (Ya Allah, kepada-Mu aku berpuasa dan kepada-Mu aku beriman, dan dengan rizki-Mu aku berbuka).”

Mulla ‘Ali Al Qori mengatakan, “Tambahan ‘wa bika aamantu‘ adalah tambahan yang tidak diketahui sanadnya, walaupun makna do’a tersebut shahih.”[6]
Artinya do’a dengan lafazh kedua ini pun adalah do’a yang dho’if sehingga amalan tidak bisa dibangun dengan do’a tersebut.

Berbuka Puasalah dengan Doa-doa Berikut Ini

Do’a pertama:

Terdapat sebuah hadits shahih tentang doa berbuka puasa, yang diriwayatkan dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,


ذَهَبَ الظَّمَأُ، وابْتَلَّتِ الْعُرُوقُ، وثَبَتَ اْلأَجْرُ إِنْ شَاءَاللهُ

“Dzahabazh zhoma’u wabtallatil ‘uruqu wa tsabatal ajru insya Allah-ed.”
[Telah hilanglah dahaga, telah basahlah kerongkongan, semoga ada pahala yang ditetapkan, jika Allah menghendaki](Hadits shahih, Riwayat Abu Daud [2/306, no. 2357] dan selainnya; lihat Shahih al-Jami’: 4/209, no. 4678) [7]

Periwayat hadits adalah Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhuma. Pada awal hadits terdapat redaksi, “Abdullah bin Umar berkata, ‘Jika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berbuka puasa, beliau mengucapkan ….‘”

Yang dimaksud dengan إذا أفطر adalah setelah makan atau minum yang menandakan bahwa orang yang berpuasa tersebut telah “membatalkan” puasanya (berbuka puasa, pen) pada waktunya (waktu berbuka, pen). Oleh karena itu doa ini tidak dibaca sebelum makan atau minum saat berbuka. Sebelum makan tetap membaca basmalah, ucapan “bismillah” sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,


إِذَا أَكَلَ أَحَدُكُمْ فَلْيَذْكُرِ اسْمَ اللَّهِ تَعَالَى فَإِنْ نَسِىَ أَنْ يَذْكُرَ اسْمَ اللَّهِ تَعَالَى فِى أَوَّلِهِ فَلْيَقُلْ بِسْمِ اللَّهِ أَوَّلَهُ وَآخِرَهُ

“Apabila salah seorang di antara kalian makan, maka hendaknya ia menyebut nama Allah Ta’ala. Jika ia lupa untuk menyebut nama Allah Ta’ala di awal, hendaklah ia mengucapkan: “Bismillaahi awwalahu wa aakhirohu (dengan nama Allah pada awal dan akhirnya)”. (HR. Abu Daud no. 3767 dan At Tirmidzi no. 1858. At Tirmidzi mengatakan hadits tersebut hasan shahih. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits tersebut shahih)

Adapun ucapan وثبت الأجر maksudnya “telah hilanglah kelelahan dan telah diperolehlah pahala”, ini merupakan bentuk motivasi untuk beribadah. Maka, kelelahan menjadi hilang dan pergi, dan pahala berjumlah banyak telah ditetapkan bagi orang yang telah berpuasa tersebut.

Do’a kedua:

Adapun doa yang lain yang merupakan atsar dari perkataan Abdullah bin ‘Amr bin al-’Ash radhiyallahu ‘anhuma adalah,


اَللَّهُمَّ إنِّي أَسْألُكَ بِرَحْمَتِكَ الَّتِي وَسِعَتْ كُلَّ شَيْءٍ، أنْ تَغْفِرَ لِيْ

“Allahumma inni as-aluka bi rohmatikal latii wasi’at kulla syain an taghfirolii-ed”
[Ya Allah, aku memohon rahmatmu yang meliputi segala sesuatu, yang dengannya engkau mengampuni aku](HR. Ibnu Majah: 1/557, no. 1753; dinilai hasan oleh al-Hafizh dalam takhrij beliau untuk kitab al-Adzkar; lihat Syarah al-Adzkar: 4/342) [8]


[1] Shahih wa Dhaif Sunan Abi Daud, Kitab ash-Shaum, Bab al-Qaul ‘inda al-Ifthar, hadits no. 2358.
[2] Tahdzirul Khalan min Riwayatil Hadits hawla Ramadhan, hlm. 74-75.
[3] Lihat Irwaul Gholil, 4/38-ed.
[4] Lihat Irwaul Gholil, 4/37-38-ed.
[5] Lihat Zaadul Ma’ad, 2/45-ed.
[6] Mirqotul Mafatih, 6/304-ed.
[7] Syarah Hisnul Muslim, bab Dua’ ‘inda Ifthari ash-Shaim, hadits no. 176.
[8] Syarah Hisnul Muslim, bab Dua’ ‘inda Ifthari ash-Shaim, hadits no. 177.

Referensi:
Irwaul Gholil fii Takhrij Ahadits Manaris Sabil, Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albani, Al Maktab Al Islami, cetakan kedua, 1405 H
Mirqotul Mafatih Syarh Misykatul Mashobih, Mala ‘Ali Al Qori, Asy Syamilah.
Syarah Hisnul Muslim, Majdi bin ‘Abdul Wahhab al-Ahmad, Disempurnakan dan Dita’liq oleh Penulis Hisnul Muslim (Syekh Sa’id bin Ali bin Wahf al-Qahthani).
Shahih wa Dhaif Sunan Abi Daud, Syekh Muhammad Nashirudin al-Albani, Maktabah al-Ma’arif, diunduh dari www.waqfeya.com (URL: http://s203841464.onlinehome.us/waqfeya/books/22/32/sdsunnd.rar)
Tahdzirul Khalan min Riwayatil Hadits hawla Ramadhan, Syekh Abdullah Muhammad al-Hamidi, Dar Ibnu Hazm, diunduh dari www.waqfeya.com (URL: http://ia311036.us.archive.org/0/items/waq57114/57114.pdf)
Zaadul Ma’ad fii Hadyi Khoiril ‘Ibad, Ibnu Qoyyim Al Jauziyah, Tahqiq: Syaikh ‘Abdul Qodir ‘Arfan, Darul Fikr, cetakan pertama, 1424 H (jilid kedua).

Penulis: Ummu Asiyah Athirah
Muroja’ah: Abu Rumaysho Muhammad Abduh Tuasikal
Copas dari Artikel Muslimah.or.id

[attachment deleted by admin]
OID : CihRykQBFg_uPepj7$$3C9Fv$I1fHsZzkJr9Sw
HP : 08122694754 WA : 08122694754 Telegram (@csAlFurqonTronik)
Pengen Belajar Digital Marketing Gratis? Yuks simak disini http://bit.ly/AKAdemiBisnisDigitaL
Barangsiapa ridho dengan rezeki yang sedikit dari Allah maka Allah akan ridho dengan amal yang sedikit dari dia, dan menanti-nanti (mengharap-harap) kelapangan adalah suatu ibadah. (HR. Bukhari)

radit1

  • User OtomaX --
  • Full Member
  • ***
  • Posts: 669
Re: menyambut puasa di bulan ramadhan
« Reply #6 on: July 10, 2013, 07:33:16 PM »
ingin bertanya:
apakah kesucian seseorang bisa di ukur dari pakaian/busana/ yang di kenakan?
ataukah dengan busana tertentu kesucian kita akan bertambah?
RADITYA RELOAD
JL.GORA II Ds.LINGSAR Kec.LINGSAR kab.LOMBOK BARAT NTB

aviva arifin

  • Full Member
  • ***
  • Posts: 995
Re: menyambut puasa di bulan ramadhan
« Reply #7 on: July 10, 2013, 08:37:35 PM »
ingin bertanya:
apakah kesucian seseorang bisa di ukur dari pakaian/busana/ yang di kenakan?
ataukah dengan busana tertentu kesucian kita akan bertambah?

الظهر مرأة البا طن

BLESSPULSA

  • User OtomaX
  • Jr. Member
  • **
  • Posts: 108
Re: menyambut puasa di bulan ramadhan
« Reply #8 on: July 12, 2013, 08:12:14 AM »
 :) :)

Doa_Ibuku

  • User OtomaX --
  • Full Member
  • ***
  • Posts: 527
Re: menyambut puasa di bulan ramadhan
« Reply #9 on: August 03, 2013, 08:55:54 PM »
mohon maaf om, kalo ada kalimat yang salah:
hanya negara indonesia saja lah yang terbaik dan masih percaya adanya alloh..
dan merasa malu tidak puasa, karena tidak puasa cuman orang-orang sakit, berhalangan dan yang tidak mampu menjalankannya itu saja
sedangkan di negara - negara islam,, ternyata ada juga yang gk puasa dan ada juga yang mengakui adanya tuhan/alloh..

sori lo je, aku gk memperkeruh cuman kasih postingan saja bahwa aku kaget ae kok iso yo, kalo pun ada yang salah minta maaf..  ;D ;D ;D