bukan krn barang persediaan lo mauu dianggkat pake apa bos klu ndak pake angkutan mobil barang itu. jadi sama aja biaya transportasi jadi naik yang swasta bos klu negrinya cuma mobil penumpang yang masuk grup organda aja,
Memang benar dengan kenaikan BBM biaya angkut barang jadi naik, dan barang yang diangkut jadi ikut naik. Tapi yang punya mobil angkut itu siapa? orang - orang mampu lagi. Masak orang mampu dikasih subsidi, sudah usahanya disubsidi (usaha mobil angkut), jalan - jalan pakek mobil pribadi masih juga disubsidi. Bagaimana dengan orang miskin? usaha tidak merasakan subsidi BBM karena usahanya tidak memakai BBM, cuma pakek Tenaga badan, itupun kalau punya usaha; jalan - jalan juga pakek kaki tidak pakai BBM karena gak punya kendaraan bermotor. Kan lebih baik subsidi diberikan ke orang miskin untuk meningkatkan taraf hidup mereka agar bisa mengikuti pergerakan inflasi barang - barang kebutuhan. Itu namanya adil bukan!
. Yang kaya tidak dikasih subsidi, yang miskin dikasih subsidi. Toh harga BBM tidak naikpun inflasi tetap terjadi di setiap tahun bukan....
Perhatikan demo - demo menolak kenaikan BBM, mana ada orang miskin orang gembel yang ikut demo? Mereka tidak peduli karena kehidupannya sudah susah. Mikir untuk makan hari ini saja bingung kepalang, jadi tidak punya pikiran untuk demo segala, tidak ada waktu. Mungkin saja mereka berfikir dalam angannya: "kalau saya ikut demo, nanti saya makan apa hari ini?". Alangkah bijaknya jika demo yang dilakukan adalah demo menyantuni orang - orang miskin saat kenaikan BBM, demo memberikan kesempatan kerja kepada mereka, sebagaimana argument yang dilantukan saat orasi yang isinya membela rakyat kecil. Tentu ketakutan pendemo bahwa kenaikan BBM akan menyengsarakan rakyat akan terjawab. Yakni masyarakat miskin tidak sengsara saat barang - barang naik karena kenaikan harga BBM.
Kabarnya Organda tidak mendapat insentif pada saat kenaikan BBM kali ini.